MAKALAH BIRUL WALIDAIN
BIRUL WALIDAIN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas individu
Mata Kuliah Hadits 3 Semester VI
Dosen Pengampu:
M.Lisanudin Ramdani,Sos. M.Pd.
Disusun Oleh:
Supyani : 12018.0478
Zahra Nurafifah : 12018.0469
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUKABUMI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Jl. Lio Balandongan
Sirnagalih (Begeg) No.74 Kel.Cikondang Kec.Citamiang
Telp/Fax: (0266) 225464
Kota Sukabumi
www.staisukabumi.ac.id Email: stai.sukabumi@gmail.com
KATA
PENGANTAR
Alhamdullilah
puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tepat pada
waktunya.
Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Hadits 3. Selama
penyusunan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan penyusunan
makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga tulisan ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Sukabumi, 14 April 2021
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Anjuran Birul walidain ............................................................................ 2
B.
Inspirasi dari al-Qur’an dan sunah .......................................................... 2
C.
Keutamaan Birul walidain........................................................................
6
D.
Hak-hak Terhadap Orang tua .................................................................. 8
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................... 9
B. Saran ......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Rasulullah
adalah perantara hidayah dari Allah SWT , yang dimana hidayah tersebut
disampaikan kepada umatnya, sehingga umatnya dapat melaksanakan tugasnya dimuka
bumi ini sebagai khalifah, serta menegakkan kalimat tauhid. Sama halnya dengan
kedua orang tua, mereka merupakan perantara yang Allah SWT ciptakan untuk
melahirkan kita di dunia ini, dengan demikian sangatlah tingginya derajat orang
tua di sisi anak-anaknya. Maka dari itu merupakan suatu perbuatan dzolim apa
bila kita tidak menghargai, menghormati serta tidak berbuat baik kepadanya.
Birrul walidain( بِرُّ الْوَالِدَيْنِ
), berbakti, mematuhi, dan merawat kedua orang tua, menjamin hak-hak mereka,
memenuhi kebutuhan mereka adalah pusat kekuatan energy kehidupan yang
menghidupkan. al-Qur’an dan sunnah menegaskan ini sebagai kewajiban. Hal ini
menjelaskan betapa besarnya perhatian Islam terhadap kedua orang tua termasuk
juga sanak kerabat, yang telah banyak berperan dalam memelihara hidup kita..
B. Rumusan Masalah
1.
Apa Anjuran Birul walidain ?
2.
Apa Inspirasi dari
al-Qur’an dan sunah ?
3.
Bagaimana Keutamaan Birul walidain ?
4.
Apa Hak-hak Terhadap Orang
tua ?
C. Tujuan
1.
Mengetahui Anjuran Birul walidain.
2.
Mengetahui Inspirasi dari al-Qur’an dan sunah.
3.
Mengetahui Keutamaan Birul walidain.
4.
Mengetahui Hak-hak Terhadap Orang tua
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anjuran Birrul Walidain
(بِرُّ
الْوَالِدَيْنِ )
Seorang
muslim percaya akan adanya hak kedua orangtua terhadap dirinya serta kewajiban
berbakti, menaati dan berbuat baik terhadap keduanya. Tidak hanya karena mereka
berdua menjadi sebab keberadaannya, atau karena mereka telah memberikan
perlakuan baik terhadapnya dan memenuhi kebutuhannya tapi juga karena Allah SWT
telah menetapkan kewajiban atas anak untuk berbakti dan berbuat baik kepada
kedua orang tuanya, bahkan dalam menetapkan ini, Allah SWT Qmenyertakan
kewajiban berbakti kepada orang tua setelah penyebutan kewajiban terhadapnya
yang merupakan ibadah kepadanya semata, tanpa kepada yang selainnya,
sebagaimana firmannya :
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ
إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا
فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Artinya: “Dan Tuhanmu
telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
(QS.Al-isra : 23-24)
B. Inspirasi dari al-Qur’an dan Sunnah
Mengenai hal ini, banyak sekali
nash-nash dari al-Qur’an dan hadits-hadits shahih yang mahsyur, diantaranya
yang menganjurkan untuk berbakti kepada kedua orang tua karena pahalanya yang
besar, dan berbakti kepada keduanya dengan pelayanan, memberi nafkah dan
lainnya, yang menjadi penyebab masuk surga. Barangsiapa yang melewatkan hal
ini, berarti ia telah melewatkan kesempatan untuk masuk surga, dan ia termasuk
orang yang merugi. Berikut adalah inspirasi dari al-Qur’an:
وَٱعْبُدُوا ٱللَّهَ وَلَاتُشْرِكُوا بِهِۦ شَيْـًٔاوَبِٱلْوَٰلِدَيْنِإِحْسَٰنًاوَبِذِىٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ
وَٱلْمَسَٰكِينِ
وَٱلْجَارِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ
وَٱلْجَارِ ٱلْجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ
بِٱلْجَنبِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيل وَمَامَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْ إِنَّ ٱللَّهَ
لَا يُحِبُّ مَن
كَانَ مُخْتَالًافَخُورًا
“Sembahlah Allah SWT dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah
SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membangga-banggakan diri.” (Qs. an-Nisa [4]: 36)
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ
بِوَٰلِدَيْهِ
إِحْسَٰنًا حَمَلَتْهُأُمُّهُۥكُرْهًاوَوَضَعَتْهُكُرْهًاوَحَمْلُهُۥ وَفِصَٰلُهُۥثَلَٰثُونَشَهْرًاحَتَّىٰٓإِذَابَلَغَأَشُدَّهُۥوَبَلَغَ أَرْبَعِينَ
سَنَةً قَالَرَبِّأَوْزِعْنِىٓأَنْأَشْكُرَنِعْمَتَكَٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ
عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ
وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًاتَرْضَىٰهُ وَأَصْلِحْ
لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ
إِنِّىتُبْتُإِلَيْكَوَإِنِّىمِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ
“Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga
apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah
Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat
amal yang saleh yang Engkau ridhoi; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi
kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (Qs.
al-Ahqaf [46]: 15)
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ
بِوَٰلِدَيْهِ
حُسْنًاوَإِنجَٰهَدَاكَلِتُشْرِكَبِىمَالَيْسَلَكَبِهِۦعِلْمٌفَلَا تُطِعْهُمَآ
إِلَىَّمَرْجِعُكُمْفَأُنَبِّئُكُمبِمَاكُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat)
kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”(Qs.
al-Ankabut [29]: 8)
قُلْ تَعَالَوْا
أَتْلُمَاحَرَّمَ
رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّاتُشْرِكُوابِهِۦشَيْـًٔاوَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًاوَلَاتَقْتُلُوٓاأَوْلَٰدَكُممِّنْإِمْلَٰقٍنَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ
وَإِيَّاهُمْ
وَلَاتَقْرَبُواٱلْفَوَٰحِشَمَاظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ وَلَاتَقْتُلُواٱلنَّفْسَٱلَّتِىحَرَّمَٱللَّهُإِلَّا بِٱلْحَقِّ
ذَٰلِكُمْوَصَّىٰكُمبِهِۦلَعَلَّكُمْتَعْقِلُونَ
“Katakanlah: "Marilah kubacakan apa
yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan
sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan
janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah SWT
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu
yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).”(Qs.
al-An’am [6]: 151)
a. Inspirasi dari sunah Nabi`:
سَأَلْتُ رَسُولَ
اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- أَىُّ
الأَعْمَالِ
أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ
قَالَ « الصَّلاَةُ عَلَى
وَقْتِهَا ». قُلْتُ ثُمَّ
أَىٌّ قَالَ « ثُمَّ
بِرُّ الْوَالِدَيْنِ ». قُلْتُ
ثُمَّ أَىٌّ قَالَ
« ثُمَّ الْجِهَادُ فِى
سَبِيلِ اللَّهِ » قَالَ
حَدَّثَنِى بِهِنَّ وَلَوِ
اسْتَزَدْتُهُ
لَزَادَنِى.( متفق عليه
)
“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah `
Perbuatan apakah yang paling dicintai Allah SWT ?. Rasulullah ` menjawab,
Shalat tepat pada waktunya. Aku bertanya lagi, kemudian apa?. Rasulullah `
menjawab, Berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya lagi kemudian apa? …
Rasulullah ` menjawab, jihad di jalan Allah SWT.”
Serta masih banyak lagi hadits yang
semakna dengan hadits diatas.
1) Makna Hadits
al-Bir(البر ) berarti berbuat baik dan taat (ash-shidq wa ath-tha’ah). Bagi
orang Arab kata kerja barra-yabarru untuk mengatkan bahwa seseorang itu baik,
barra-yabarru fi yaminihi berarti (seorang) menempati janji, tidak
mengingkarinya, barra-yabarru rahimahu berarti (seorang) menyambungkan tali
kasih sayangnya, jika konteknya hubungan hamba dan tuannya; Fulan yabarru
rabbahu, maka artinya si fulan taat kepada Raabnya (Lisanul Arab, Ibnu Manzhur
Bab IV/51).[3]
Makna al-Bir (البر )dalam hadist diatas adalah kebaikan, berdasarkan sabda
major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"mRasulullah `: al-bir adalah
baiknya akhlak. (HR.Muslim.1794)
al-Bir (البر ) merupakan hak kedua orang tua dan kerabat dekat, lawan
dari al-Uquuq yaitu kejelekan dan menyia-nyiakan hak.
al-Bir (البر )adalah mentaati kedua orang tua didalam semua apa yang mereka
perintahkan kepada engkau selama tidak berkamasiat kepada SWTdan
al-uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya.
Berkata Urwah bin Zubair tentang firman
Allah SWT
yang artinya : Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan ( Qs.al-israa : 24). Yaitu : Jangan sampai mereka berdua tidak
dita’ati sedikitpun. (Disebutkan dalam kitab Ad-Durul Mantsur 5/259).
Berkata imam al-Qurtubyv: termasuk uquqq
(durhaka) kepada kedua orang tua adalah meyelisihi atau menentang keinginan
keinginan mereka dari (perkara-perkara ) yang mubah, sebagaimana البر(berbakti) kepada keduanya adalah memenuhi apa yang memenuhi
keingin mereka. Oleh karena itu,apabila salah satu atau keduanya memerintahkan
sesuatu , wajib engkau menta’atinya selama hal itu bukan perkara maksiat,
walaupun apa yang mereka perintahkan bukan perkara wajib tapi mubah pada
asalnya, demikian pula apabila apa yang mereka perintahkan adalah perkara yang
mandub (disukai atau disunnahkan). (al-Jami’ li Ahkamil Quran jilid 6 hal.238).
Berkata syekh Islam ibnu Taimiyyah: berkata
Abu Bakra dalam kitab Zaadul Musaafir barangsiapa yang menyebabkan orangtuanya
marah dan menangis, maka dia harus mengembalikan keduanya agar dia bisa tertawa
(senang) kembali.( Ghadzaul al-Baab 1/382 ).
C.
KeutamaanBirul
walidain( بِرُّ الْوَالِدَيْنِ
)
Sangatlah banyak pahala yang akan
kita dapatkan apabila kita melaksanakan apa-apa yang Allah SWT perintahkan
kepada kita, salah satunya adalah mendapatkan keridhoannya.
Begitu
juga dengan birrul walidain
(
بِرُّ
الْوَالِدَيْنِ ), adapun pahala yang akan didapat kan,
diantaranya:
a. Termasuk Amalan Yang Paling Mulia Dari
Abdullah bin Mas’ud cberkata : Saya bertanya kepada Rasulullah ` : Apakahamalan
yang paling dicintai oleh Allah SWT?, Bersabda Rasulullah` : "Sholat tepat
pada waktunya", Saya bertanya : Kemudian apa lagi?, Bersabada Rasulullah
`"Berbuat baik kepada kedua orang tua". Saya bertanya lagi : Lalu apa
lagi?, Maka Rasulullah ` bersabda : "Berjihad di jalan Allah
SWT".(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya).
b. Merupakan Salah Satu Sebab-Sebab
Diampuninya Dosa Allah SWT berfirman (artinya): "Kami perintahkan kepada
manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya….", hingga akhir
ayat berikutnya : "Mereka itulah orang-orang yang kami terima dari mereka
amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan
mereka, bersama penghuni-penghuni surga. Sebagai janji yang benar yang telah
dijanjikan kepada mereka." (QS. Al Ahqaf 15-16). Diriwayatkan oleh Ibnu
Umarcbahwasannya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah ` dan berkata :
Wahai Rasulullah `sesungguhnya telah menimpa kepadaku dosa yang besar, apakah
masih ada pintu taubat bagi saya? Maka bersabda Rasulullah ` : "Apakah
Ibumu masih hidup?", berkata dia : tidak. Bersabda beliau ` : "Kalau
bibimu masih ada?", dia berkata : "Ya" . Bersabda Rasulullah `
:" Berbuat baiklahpadanya". (Diriwayatkan oleh Tirmidzi didalam
Jami’nya dan berkata Al ‘Arnauth : 6 Perawi-perawinya tsiqoh. Dishahihkan oleh
Ibnu Hibban dan al-Hakim.Lihat Jaami’ul Ushul (1/ 406).
c. Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke
Surga Dari Abu Hurairah adia berkata : Saya mendengar Rasulullah ` bersabda:
"Celakalah dia, celakalah dia", Rasulullah ` ditanya : Siapa wahai
Rasulullah`?, Bersabda Rasulullah ` : "Orang yang menjumpai salah satu atau
kedua orang tuanya dalam usia lanjut kemudian dia tidak masuk surga".
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya No. 1758 ).
Dari
Mu’awiyah bin Jaahimah a, Bahwasannya Jaahimah datang kepada Rasulullah `
kemudian berkata : "Wahai Rasulullah ` , saya ingin (berangkat) untuk
berperang, dan saya datang (ke sini) untuk minta nasehat pada anda. Maka
Rasulullah `bersabda : "Apakah kamu masih memiliki Ibu?". Berkata dia
: "Ya". Bersabda Rasulullah `: "Tetaplah dengannya karena
sesungguhnya surga itu dibawah telapak kakinya". (Hadits Hasan
diriwayatkan oleh Nasa’I dalam Sunannya dan Ahmad dalam Musnadnya, Hadits ini
Shohih. (Lihat Shahihul Jaami No. 1248)
d. Dipanjangkan usia Dari Anas bin Malik a
dia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah ` bersabda : barang siapa yang
ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaklah ia
berbakti kepada orangtuanya dan menyambung tali silaturrahmi.( HR. al-Bukhori
no.2067)
e. Doa’nya Dikabulkan Dari Umar bin
al-Khatab a, dia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah ` : “ Akan datang
kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan dari Yaman, dari Murad, kemudian
Qaran. Dia pernah berpenyakit sopak putih, lalu sembuh darinya kecuali bagian
tubuh sebesar dirham. Dia memiliki seorang ibu yang dia sangat berbakti
kepadanya, sekiranya dia bersumpah atas Nama AllohQ, niscaya AllohQ akan
mengabulkannya. Jika kalian bisa meminta kepadanya untuk memohonkan ampunan
kepada AllohQ, maka lakukanlah”.[4] (HR. Muslim no.52)
D. Hak-hak Terhadap Orang tua
Perlu diperhatikan bahwa Allah SWT
menyertakan perintah untuk menyembah-Nya dengan perintah untuk berbuat baik
kepada kepada kedua orang tua, untuk menjelaskan betapa agung hak kedua orang
tua yang harus ditunaikan oleh anak, karena mereka berdua adalah sebab nyata
keberadaan dan kehidupan sang anak. Adapun hak-hak tersebut sebagai berikut:
a. Mematuhi setiap yang diperintahkan atau
dilarang oleh keduanya dalam hal-hal yang bukan kemaksiatan kepada SWTdan tidak menyelisihi syariatnya, karena
tidak boleh menta’ati makhluk dalam bermaksiat terhadap Allah SWT, hal ini
berdasarkan pada firman Allah SWT : “dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukanku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu ,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya didunia dengan
baik (QS.Al-Luqman : 15) Dan sabda Rasulullah `:“ sesungguhnya ketaatan itu
dalam hal kebaikan” (HR.Muslim)
b. Memuliakan dan mengagungkan keduanya,
bersikap santun terhadap keduanya, menghormati keduanya dengan perkataan dan
perbuatan, tidak menghardik kedua dan tidak mengangkat suara terhadap mereka,
tidak berjalan dihadapan (dengan congkak) mereka, tidak lebih mengutamakan
istri dan anak daripada keduanya tidak memanggil mereka dengan nama mereke
tetapi dengan panggilan ayah dan ibu serta tidak bepergian kecuali dengan izin
dan kerelaan mereka.
c. Berbuat baik terhadap keduanya dengan
segala sesuata yang mampu dilakukan , seperti memberi makanan,pakaian,
mengobati dan mencegah mara bahaya serta mempertaruhkan jiwa untuk melindungi
mereka.
Menyambung hubungan
silaturrahim yang tidak ada hubungan Rahim kecuali melalui mereka berdua,
mendoakan dan memohonkan ampunan bagi keduanya serta melaksanakan janji
keduanya dan menghormati teman-teman mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Allah SWT menyertakan kewajiban
berbakti kepada orang tua setelah penyebutan kewajiban terhadapnya yang
merupakan ibadah kepadanya semata, tanpa kepada yang selainnya. Sangatlah
banyak ayat-ayat yang menerangkan tentang anjuran untuk berbakti kepada kedua
orang tua tidak hanya satu atau dua ayat akan tetapi banyak ayat yang
menerangkannya yang berarti menghormati kedua orang tua sangatlah utama, begitu
juga dengan hadits sangatlah banyak riwayat yang menjelaskan tentang keutamaan
birrul walidain
Makna birul walidain
itu sendiri merupakan berbuat baik kepada kepada kedua orang tua, dengan
melaksanakan semua perintahnya selama tidak dalam kesyirikan. Birul walidain
merupakan salah satu syiar Allah SWT , yang dimana kita selaku seorang muslim
apabila menegakkan , mengagungkan serta menghormati apa-apa yang ada disisi
Allah SWT maka akan mendapatkan kebaikan yang besar.
Orang tua merupakan
sebab utamanya kita hadir di muka bumi ini, maka dari itu merupakan suatu
keharusan kita selaku seorang anak untuk memperlakukan orang tua kita dengan
memberikan perlakuan yang lebih baik.
B. Saran
Dengan adanya kajian mengenai birul walidain, diharapkan agar para pembaca/mahasiswa pada khususnya dapat
memahami dengan baik bagaimana sebenarnya dan mampu mengimplementasikan dalam kehidupan
sehari hari
DAFTAR PUSTAKA
Sulaiman al-harbi, Ghalib, 2011,Sungguh Merugi Siapa
Yang Mendapati Orangtuanya Masih Hidup Tetapi Tidak Meraih Surga,Jakarta: Darul
Haq.
al-Hazimy,
Ibrahim, 2010, Keutamaan Birul Walidain, Jakarta: Qisthi Press. Jabir
al-Jaza’iri, Abu Bakar, 2011, Minhajul Muslim, Jakarta: Darul Haq.
Abu Izzuddin, Solikhin dan Astuti, Dewi, 2010,The
Great Power of Mother, Yogyakarta: Pro-U Media. Al-Qur’an Digital
Sumber:
https://makalahnih.blogspot.com/2014/07/berbakti-kepada-kedua-orang-tua.html
Komentar
Posting Komentar