Makalah Sifat Musyabbahah
Sifat Musyabbahah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Arab
Dosen Pengampu: Aulia Ilham, M.Ag.
Disusun Oleh: KELOMPOK 3
Saidah 12018.0395
Silva Fatmawati 12018.040
Siti
Nurfadilah 12018.0439
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUKABUMI
TAHUN 2018/2019
Jl. Lio
Balandongan Sirnagalih (Begeg) No.74 Kel.Cikondang Kec.Citamiang
Telp/Fax:
(0266) 225464 Kota Sukabumi
www.staisukabumi.ac.id Email: stai.sukabumi@gmail.com
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami nikmat yang bgeitu
banyak. Berkat nikmatnya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “SIFAT
MUSYABBAHAH” tepat pada waktunya. Solawat
beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad SAW. Semoga dengan memperbanyak solawat kita
mendapatkan syafa’atnya di akhirat kelak.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Aulia Ilham, M. Ag.
selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Arab 3 dan kepada pihak-pihak yang
tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami selaku penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, baik yang disengaja ataupun tidak. Oleh karena itu, kami menerima
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan makalah ini di
masa yang akan datang.
Sukabumi,
Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumsan masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 2
A. Pengertian Sifat Musyabbahah................................................................. 2
B.
Perbedaan Sifat Musyabbahah (Isim Sifat) dan Isim Fa'il ..................... 4
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 7
A. Simpulan................................................................................................... 7
B. Saran......................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa Arab merupakan inti dari ajaran Islam karena ajaran-ajaran Islam
sebagian besar memakai bahasa Arab. Bahasa Arab dalam dunia Islam bagaikan air
bagi ikan, karena memang salah satu keunggulan bahasa Arab adalah tentang
kekhasannya yang paling cocok untuk mengungkapkan tentang hal-hal keagamaan dan
ketuhanan karena beberapa keunggulan yang dimiliki oleh bahasa Arab itu
sendiri.
Dalam istilah bahasa Arab ada beberapa unsur penting yang menjadi pokok
dalam suatu pembicaraan dengan bahasa Arab, di antara unsur kalimat tersebut
yang akan diuraikan di sini adalah sifat musyabbahah yang berati sifat yang
dibentuk dari Masdar Tsulati Lazim, sebagai penunjukan suatu makna yang menetap
pada Maushuf secara tetap. Sifat musyabbahah Merupakan bab yang keempat dari
deretan Isim-Isim yang beramal seperti Fi’ilnya. Telah disebutkan pada bab-bab
sebelumnya yaitu Mashdar, Isim Mashdar, Isim Fa’il, Shighat Mubalaghah dan Isim
Maf’ul. Dan sekarang adalah Shifah Musyabbahah. Untuk lebih jelasnya, maka akan
kami jelaskan dalam makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Sifat Musyabbahah?
2.
Apa Perbedaan Sifat Musyabbahah (Isim Sifat) dan Isim Fa’il?
C.
Tujuan
1.
Mendefinisikan Sifat Musyabbahah.
2.
Mampu Mengetahui Perbedaan Sifat Musyabbahah dan Isim Fa’il.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sifat Musyabbahah
Sifat Musyabbahah ialah Isim yang menyerupai Isim Fa'il yaitu orang
melakukan perbuatan tersebut tetapi sifat musyabbahah lebih tertumpu kepada
sifatnya yang tetap.
Contoh: عَطْسَنُ artinya orang yang kehausan
Kata عَطْسَنُ adalah dari kalimah عَطَسَ bermakna 'dahaga' atau
'haus', haus adalah sifat. Terdapat beberapa perbedaan antara sifat musyabbahah
dengan isim fai'l itu sendiri, nama musyabbahah itu maknanya menyamai, yaitu
menyamai Isim Fa'il. Hampir serupa tetapi ada bedanya. Sifat musyabbahah biasanya
sifat yang diambil daripada fi’il lazim (fi’il yang tidak memerlukan maf’ul
bih). Sifat Musyabbahah menunjukkan pengertian yang disifatkan dengan fi’il
secara tetap dan tidak berubah Oleh karena ia adalah sifat yang tetap maka
tidak terkait dengan waktu.
Sifat musyabbahah biasanya menggunakan wazan فَعِيْلٌ dan di kamus biasanya juga diawali dengan كان.
Seperti halnya masdar, sifat musyabbahah pun sifatnya sama'iy.
Tidak punya satu rumus baku. Hanya saja kebanyakan wazannya فَعِيْلٌ
Ada 3 ciri Sifat musyabbahah :
1.
Sifat musyabahah biasanya
diawali كان atau صَرَ
(shooro
atau kaana)
2.
Atau dicari dengan arti, ada kata " yang
...."
Misal
"yang baik" "yang mulia" "yang indah" dll. Wazan فَعِيْلٌ - فَاعِلٌ dari fiil lazim ( tidak
menasabkan maf’ul bih/ objek). Disebut صفه مثبهة. Cirinya bila di mudhopkan, mudhop ilaihnya
jadi fail dari segi makna dan keberadaan sifatnya tetap, contoh : orang yang
berani (sifat beraninya tetap) beda dengan orang yang berdiri (sifat berdirinya
berubah-ubah).
3.
(ات)(تين) (ثان) (ة) (ان) (ى,
ن) (ون) (ال)
Adalah huruf-huruf tambahan, maka ketika menemukan
wazan tidak usah di hitung. Selain al ( ال) semuanya berada di ujung
kata.
كَفَاعِلٍ صُغِ اسْمَ فَاعِلٍ اِذاَ
مِنْ ذِيْ ثَلَا ثَةٍ يَكُوْ نُ كَغَذَا
وَفِى اِسْمِ مَفْعُوْلٌ الثُّلاَ ثِيِّ
اطَّزَدْ
زِنَةُ مَفْعُوْلٍ كًا تٍ مِنْ قَصَدَ
Isim fai’il tsulasi wazan فَاعِلٌ
Isim maful tsulasi wazan مَفْعُوْلٌ
4.
Biasanya berwazan وفَعْلَانُ - وفعلٌ – وفعيلٌ -
اِفْعَلْ
Dalam pengertian lain isim musyabbahah dapat dibagi menjadi dua yaitu
Sifat Musyabbahah Isim Fi’il dan sifat Musyabbahah Isim Maf’ul :
1.
اسم صفة مشبهة اسم فاعل : مَا صِيْغَ بِغَيْرِ تَفْضِيلٍ مِنْ فَاعِلٍ
الْحَدَثِ لا فادة الثَبُوْتِ
Sifat musybbahah isim fi’il : Lafadz yaan
di cetak bukan untuk ma’na tafdil dari orang yang mengerjakan untuk menunjukan
ma’na tetap.
Contoh :
ماَلِكِ يَوْمِ
الدِّيْن
(pemilik hari pembalasan)
2.
اسم صفة مشبهة اسم مفعول : مَا صِيْغَ بِغَيْرِ تَفْضِيلٍ مِنْ
مَفْعُوْل الْحَدَثِ لا فادة الثَبُوْتِ
Sifat musyabbahah isim maf’ul : Lafadz yang dicetk bukam untuk
ma’na tafdil dri perkra yang di kerjakan karna menunjukkan ma’na tetap.
Contoh :
كُلُّ شَيْىءٍ
هالك الاَّ وجْهَه
B.
Perbedaan Sifat Musyabbahah (Isim Sifat) dan Isim Fa'il
Sifat musyabbahah ada diantara
fi’il yang tidak mungkin memiliki isim fa’il maupun isim maf’ul, namun
fi’il semacam ini memiliki yang diserupakan dengan isim fa’il. Ciri sifat yang
menyerupai Isim Fa’il (as-Shifat al-Musyabbahat) adalah sifat yang dianggap
benar dengan menjarkan subjek Fa’il dalam maknanya.
Contoh:
الصَّبِيُّ فَطِنٌ (ASH-SHOBIYYU
FATHINUN) = anak itu cerdas
Lafazh FATHINUN adalah shifat Musyabbahah yang diambil dari Mashdar
Fi’il Tsulatsi Lazim FATHINA sebagai penunjukan makna FATHAANAH kecerdasan yang
menempati pada Maushuf lafazh SHOBIYYUN secara tetap sepanjang waktu bukan
sekali-kali.
Berbeda dengan Isim Fa’il yang menjukkan
sifat ‘aridhi sekali-kali pada waktu tertentu. Contoh :
خَالِدٌ قَائِمٌ (KHAALIDUN QAAIMUN) = Khalid adalah yang
berdiri
Lafazh QAAIMUN disebut Isim Fa’il yaitu
sifat yang ‘aridhi tidak tetap sekali-kali orang yang berdiri itu duduk.
Disebutkan oleh Mushannif bahwa tanda-tanda
sifat Musyabahat adalah dibenarkannya mengidhafahkan Sifat kepada lafazh yang
menjadi Fa’ilnya dalam makna, dan mengamal Jar kepadanya.
Contoh:
الْحَسَنُ الخُلُقِ مَحْبُوْبٌ (AL-HASANUL-KHULUQI MAHBUUBUN)= seorang
yang baik akhlaknya disenangi.
Asal kalimat adalah:
الْحَسَنُ خُلٌقُهُ مَحْبُوْبٌ (AL-HASANU KHULUQUHUU
MAHBUUBUN)
Lafazh KHULUQU dirofa’kan sebagai Fa’il
dari lafazh AL-HASANU. Sedangkan Isim Fa’il dilarang dimudhafkan kepada
Fa’ilnya. contoh tidak benar mengatakan:
خَالَدَ ضَارِبُ الأَبِ عَمْرًا (KHAALIDUN DHAARIBUL-ABI
‘AMRAN)= Khalid yang ayahnya memukul kepada Amar.
Dengan maksud lafazh AL-ABU menjadi subjek
atau Fa’il dari lafazh DHAARIBU, sebab ada wahem/anggapan mudhaf kepada
Maf’ulnya. Karena asal kalimat adalah:
خَالِدٌ ضَارِبٌ أَبُاهُ (KHAALIDUN DHAARIBUN ABAAHU)
= Khalid yang memukul ayahnya.
Contoh kalimat diatas menetapkan bahwa ayah
yang dipukul, bukannya Ayah yang memukul. Maka tidak boleh susunan idhafah
demikian karena mengakibatkan terjadinya Lubs/kesamaran.
Akan tetapi apabila Isim Fa’il tersebut
dibentuk dari Fi’il Tsulatsi Lazim dan menunjukkan ketetapan sifat, maka boleh
mengidhofahkannya kepada Fa’ilnya karena sifat yang demikian juga disebut
SHIFAH MUSYABBAHAH.
Contoh:
طَاهُرُ الْقَلْبِ مُسْتَرِيْحٌ (THAAHURUL-QALBI MUSTARIIHUN) = seorang
yang suci hatinya adalah seorang yang tenang.
Dan apabila Isim Fa’il tersebut dibentuk dari Fi’il Tsulatsi
Muta’addi satu Maf’ul, maka boleh mudhaf pada Fa’ilnya dengan syarat ada
qarinah yang mencegah terjadinya lubsun atau keserupaan terhadap mudhaf pada
Maf’ulnya, contoh:
مُحَمَدٌ رَاحِمُ الأَبْنَاءِ (MUHAMMADUN
RAAHIMUL-ABNAA’I) = Muhammad yang anak-anaknya bersifat belas kasih.
Lafazh RAAHIMU dimudhafkan kepada Fa’ilnya lafazh ABNAA’I.
Dimaksudkan adalah bahwa anak-anak keturunan Muhammad mereka panyayang sesama
manusia. Biasanya ungkapan sifat seperti pada contoh diucapkan sebagai
sanjungan kepada kebaikan keturunan seseorang, atau sebagai jawaban bagi yang
mengatakan bahwa keturunannya tidak baik.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Sifat musyabbah ada diantara
fi’il yang tidak mungkin memiliki isim fa’il maupun isim maf’ul, namun
fi’il semacam ini memiliki yang diserupakan dengan isim fa’il yaitu orang
melakukan perbuatan tersebut tetapi sifat musyabbahah lebih tertumpu kepada
sifatnya yang tetap. Contohnya seperti
الصَّبِيُّ فَطِنٌ (ASH-SHOBIYYU FATHINUN) = anak itu cerdas.
Lafazh FATHINUN adalah shifat Musyabbahah yang diambil dari Mashdar
Fi’il Tsulatsi Lazim FATHINA sebagai penunjukan makna FATHAANAH kecerdasan yang
menempati pada Maushuf lafazh SHOBIYYUN secara tetap sepanjang waktu bukan
sekali-kali.
B. Saran
Kami menyadari adanya kesalahan dalam pembuatan maklah ini. Untuk itu
kami menerima kritik serta saran yang membangun dari para pembaca untuk
perbaikan makalah ini di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Taufiqul. Qoidah Amailati. Bagasari Jepara, Pondok
Pesantren Darul Palah.
Http://aisyahandararabic.blogspot.com/2016/11/perbedaan-sifat-musyabbahah-isim-sifat.html?m=1
Https://nahwusharaf.wordpress.com/tag/sifat-musyabbahah/
Komentar
Posting Komentar